EVALUASI MUTU PELAYANAN FARMASI KLINIK PADA PUSKESMAS PATTALLASSANG DI KABUPATEN TAKALAR

  • Helmatiana Tandirogang Program Studi Sarjana Terapan Farmasi, Poltekkes Kemenkes Makassar
  • Ismail Ibrahim Poltekkes Kemenkes Makassar
  • Ida Adhayanti Poltekkes Kemenkes Makassar
Kata Kunci: puskesmas, mutu pelayanan, farmasi klinik

Abstrak

Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan pembangunan kesehatan kepada masyarakat yaitu dengan membuat sebuah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayananan kefarmasian (pharmaceutical care) telah mengalami pergeseran paradigma yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan yang juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented). Farmasi klinik yang sesuai dengan standar sangat penting diperhatikan karena berkaitan langsung dengan pasien sehingga dapat berdampak pada berkurangnya lama perawatan pasien dan mengurangi biaya terapi.. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah  pelayanan farmasi klinik pada Puskesmas Pattallassang di Kabupaten Takalar telah sesuai dengan Permenkes No.74 tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan data observasi dan data  retrospektif pada puskesmas Pattallassang di Kabupaten Takalar. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa persentase kesesuain mutu pelayanan farmasi klinik pada puskesmas Pattallassang Kabupaten Takalar berdasarkan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 yaitu sebesar 38.88% dengan kategori kurang baik. Hal ini dikarenakan terdapat 11 indikator penilaian (Pengkajian resep, pelabelan, penyerahan disertai informasi, polifarmasi, konseling, dokumentasi pelayanan informasi obat, dokumentasi visite, dokumentasi MESO, dokumentasi PTO, biaya obat per kunjungan resep, dan jumlah item per resep) yang tidak memenuhi standar dan untuk yang memenuhi terdapat 7 indikator (Waktu pelayanan resep, sediaan generik,  penggunaan antibiotik pada diare non-spesifik, oralit dan zink untuk diare, antibiotik pada ISPA, injeksi dan kepuasan pasien) dari 18 indikator penelitian.

Referensi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dirjen Binfar dan Alkes. 2010. Sarana Penyimpanan Obat. Jambi.

Oktaviani,Nur, 2019. Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tanjung Karang, J Ilmu Kefarmasian Lumbung Farmasi;Vol 2

Depertemen Kesehatan. 2008. Tanggung Jawab Apoteker terhadap Keselamatan Pasien (Patient Safety). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Ganiswara. 2007. Farmakologi dan Terapi No Title. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Illahi, R.K., Firnanda, F.P., Sidharta B. 2016. Tingkat Pendidikan Ibu dan Penggunaan Oralit dan Zibc pada Penanganan Pertama Kasus Diare Anak Usia 1-5 Tahun: Sebuah Studi di Puskesmas Jati Malang.

Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Masnoon, N., Shakib S., Kalisch-ellett L., Caughey G.E. 2017. "What is Polypharmacy ? A Systematic Review Of Definitions." BMC Geriatr.: 1-10

Pebriana, P. Puspitaningtyas, P.H., Sasongko H. 2018. "Penilaian Pola Penggunaan Obat Berdasarkan IIndikator Peresepan WHO di RSUD IR Soekarno Sukoharjo." J Fak Mat dan Ilmu Pengetah Alam Univ Sebel Maret;1(1)

Permenkes. (2012). Kepmenkes No 128 Tahun 2004. Journal of Voice, 27(1), 157187.http://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/00963445.134.2.258%5Cnhttp://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev-polisci-082012-115925%5Cnhttp://doi.apa.org/getdoi.cfm?doi=10.1037/a0021783%5Cnhttp://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=1L1uzitHDnsC&oi

WHO, R.W., Fudholi A., dan Pamudji G. 2013. "Evaluasi Pengelolaan Obat dan Strategi Perbaikan dengan Metode Hanlon di Instalasi Farmasi Rumah Sakit." J Manaj dan Pelayanan Farm.;394):283-290

Diterbitkan
2023-09-30