GAMBARAN POLA PENGGUNAAN OBAT DALAM SWAMEDIKASI PASIEN Rheumatoid Artritis DI APOTEK WARALABA KABUPATEN KARAWANG
Abstract
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada lanjut usia dimana banyak pasien melakukan swamedikasi untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dideritanya. Swamedikasi jika dilakukan dengan tepat dapat bermanfaat baik bagi pasien, namun, pada pelaksanaanya sering menimbulkan terjadinya kesalahan pengobatan atau ketidakrasionalan pengobatan karena keterbatasan pengetahuan obat. Penelitian ini memiliki tujan untuk menelaah pola penggunaan obat dalam swamedikasi pasien RA di apotek waralaba Kabupaten Karawang.
Desain penelitian ini yaitu observasional menggunakan kuesioner pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi RA. Pengambilan data dilakukan secara prospektif mulai tanggal 1 Agustus 2021 hingga 31 Oktober 2021. Instrument dalam penelitian ini berupa kuesioner yang terbagi menjadi empat bagian yang meliputi sosiodemografi responden, keluhan penyakit, sumber informasi obat dan tempat memperoleh obat serta pola penggunaan obat swamedikasi. Kuesioner yang digunakan peneliti telah valid dan reliabel dengan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan 30 responden.
Dari 69 responden didapatkan data karakteristik sosiodemografi meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, tanda dan gejala RA, lama keluhan, tindakan jika merasa nyeri, efek samping setelah mengkonsumsi obat rheumatoid arthritis. Dapat disimpulkan bahwa pola responden dalam swamedikasi RA mayoritas responden yaitu beristirahat (47,8 %) jika mengalami Rheumatoid Arthritis, memilih keluarga/teman (29%) sebagai sumber informasi obat dalam melakukan swamedikasi, 62,3%, responden memperoleh obat dari toko obat/apotek. Menggunakan antibiotik (20,3%) dan obat lain (36,2%) untuk menangani gejala yang dialami, mengkonsumsi 15 menit setelah makan (62,3%), memilih obat diminum saat nyeri saja (79,7%), serta memilih pengobatan selama 3 hari (78,3%).
References
Boyce, E. G. (2000). Rheumatoid Arthritis. Textbook of Theurapetic Drug and Disiase Management.
Carpentier, N.(1998). Is there an optimal time to administer methotrexate in the treatment of rheumatoid arthritis. J Rheumatol 25(7).
Chintyawaty C. (2009). Hubungan Antara Nyeri Rheumatoid Arthritis Dengan Kemandirian Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Di Posbindu Karang Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tengerang Selatan Tingkat. Http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Bitsream/(123456789/24157/1/CICY%
Choy, Ernest H.S and Panayi, G. S. (2001). Cytokin Pathway and Joint Inflamation in Rheumatoid Arthritis. The New England Journal of Medicine, 344 (12):907-16
Darmawan J, Muirden KD, Valkenburg HA, Wigley RD. (1993) The epidemiology of rheumatoid arthritis in Indonesia. Br J Rheumatol. 32(7):537-40
Harahap, N. A. (2015). Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Penyabungan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas. Sumatera Utara. Medan.
Hermawati, D. (2012). Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung di Dua Apotek Kecamatan Cimanggis, Depok. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi UI.
Indah, S. N., Putri, G. T., & Rahman, Y. A. (2019). Perempuan 55 Tahun Dengan ReumatoidAtritis. Jurnal Majority, 8(1).
Indarini, N 2013. Artritis Reumatoid Bisa Perpendek Usia Harapan Hidup 10-15 Tahun. Detikhealth. 7 November 2013.
IRA.(2014). Diagnosis dan Pengelolaan Artritis Reumatoid. Perhimpunan Reumatologi Indonesia: Jakarta.
Junaidi, Iskandar. (2012). Rematik dan Asam Urat edisi revisi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Kristina, S.A., Prabandari, Y.S.,,Sudjaswadi, R. (2008). Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia,19 (1).
Muchid, A., Fatimah U., Chusun, Nur R. P., et al . (2006) .Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthiritis Rematik. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System Muskuloskeletal. Jakarta :SalembaMedika.
Nainggolan,Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia. Maj Kedokt Indon, vol.59, no.12, pp.588-594
Nilamsari, N., &Handayani, N. (2014). Tingkat Pengetahuan Akan Mempengaruhi Tingkat Depresi Penderita Kanker. Journal of Health Sciences, 7(2).
Oktaviani, A.R., Takwima, A., Ajeng, D., Santoso, T. Hanararti, O.E. (2021). Pengetahuan dan Pemilihan Obat Tradisional oleh Ibu-Ibu di Surabaya. Jurnal Farmasi KomunitasVol 8 No 1.
Pawlosky N.(2013) Cardiovascular risk: Are all NSAIDs alike?. Clinical Brief. 146(2):80-83.
Putri, I. R. R., & Priyanto, S. (2019). Penerapan Terapi Back Massage terhadap Penurunan Tingkat Nyeri pada Keluarga dengan Rheumatoid Arthritis. Universitas Muhammadiyah Magelang
Rusli. (2018.) Farmasi Klinik. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Schuna, A. A. (2002). Rheumatoid Arthritis In: Wells, B.G., Dipiro, J.T., Hamilton, C.W.,. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach.
Siahaan, S., Usia, T., Pujiati, S., Tarigan, I. U., Murhandini, S., Isfanfari, S., Tiurdiawati. (2017). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat dalam Memilih Obat yang Aman di Tiga Provinsi di Indonesia. Jurnal Kefarmasian IndonesiaVol 7 No 2.
Suherman, H., & Febrina, D. (2018). Pengaruh faktor usia, jenis kelamin, dan pengetahuan terhadap swamedikasi obat. Viva Medika, 2.
Widyastuti, P. (2005). Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi 2. Jakarta : EGC