Main Article Content

Abstract

Kebakaran hutan adalah permasalahan yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Sulitnya mencari titik panas lokasi kebakaran hutan dan lahan menyebabkan tertundanya proses pemadaman kebakaran, sehingga menjadi masalah yang harus diselesaikan. Provinsi Kalimantan Barat menyumbang cukup banyak titik panas setiap tahunnya salah satunya dari Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan alternatif kecamatan di Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan kriteria yang digunakan adalah jarak dari danau jalan, sungai, dan dari pemukiman, jenis tanah, serta luas daerah terbakar dan penentuan bobot ranking menggunakan metode promethee. Diperoleh hasil alternatif paling tinggi yang dilihat dari nilai net flow yaitu A3 yakni Kecamatan Sungai Raya dengan nilai 0,148 sedangkan nilai alternatif paling rendah yaitu A2 yakni kecamatan Kuala Mandor B dengan nilai sebesar -0,099. Hasil akurasi menggunakan metode AHP dan promethee mendapatkan nilai akurasi sebesar 77,78% dan nilai galat atau error sebesar 0,22.

Keywords

Analytic Hierarchy Process, Kebakaran hutan dan lahan, Kubu Raya, Promethee, Titik panas

Article Details

References

  1. [1] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2019). SiPongi - Karhutla Monitoring Sistem. In Www.Sipongi.Menlhk.Go.Id
  2. [2] Amri, K., & Sitanggang, I. S. (2015). A Geographic Information System for Hotspot Occurrences Classification in Riau Province Indonesia. Procedia Environmental Sciences, 24, 127–131. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.03.017
  3. [3] Nurpratami, I. D., & Sitanggang, I. S. (2015). Classification Rules for Hotspot Occurrences Using Spatial Entropy-based Decision Tree Algorithm. Procedia Environmental Sciences, 24, 120–126. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2015.03.016
  4. [4] Komara, A. D., Djamal, E. C., & Renaldi, F. (2016). Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prioritas Pemadaman Hotspot Kebakaran Hutan dan Lahan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process dan Weighted Product. Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi, 2(3). https://doi.org/10.28932/jutisi.v2i3.524
  5. [5] Novaliendry, D. (2011). SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN MEDIA PROMOSI Studi Kasus : STMIK Indonesia. Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, 5(2), 104–111.
  6. [6] Y. Indrianingsih and W. S. Naibaho, “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Jenis Tanaman Pangan Berdasarkan Kandungan Tanah Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Ahp) Dengan Algoritma Genetika,” Compiler, vol. 4, no. 2, pp. 61–72, 2015, doi: 10.28989/compiler.v4i2.96.
  7. [7] Khairunnisa, Wardoyo R. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Merekomendasikan Kesesuaian Lahan Pada Komoditas Tanaman Prioritas Dengan Profile Matching Dan Analytical Hierarchy Process. J Ilmu Komput. 2018;10(2):16,22,23.
  8. [8] Suwarsono, Rokhmatuloh, & Waryono, T. (2013). Pengembangan Model Identifikasi Daerah Bekas Kebakaran Hutan Dan Lahan ( Burned Area ) Menggunakan Citra Modis Di Kalimantan ( Model Development of Burned Area Identification Using Modis Imagery in Kalimantan ). Jurnal Penginderaan Jauh, 10(2), 93–112.
  9. [9] Wafi, M., Setya Perdana, R., & Kurniawan, W. (2017). Implementasi Metode Promethee II untuk Menentukan Pemenang Tender Proyek (Studi Kasus: Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur). J-Ptiik.Ub.Ac.Id, 1(11), 1224–1231. http://j-ptiik.ub.ac.id
  10. [10] T. L. Saaty, “Decision making with the analytic hierarchy process,” Int. J. Serv. Sci., vol. 1, no. 1, pp. 83–98, 2008