UJI STABILITAS SEDIAAN AMPISILLIN SULBAKTAM SETELAH REKONSTITUSI
DOI:
https://doi.org/10.36805/jpx.v8i1.4333Kata Kunci:
Ampisilin sulbaktam; rekonstitusi; penyimpanan; stabilitasAbstrak
Penggunaan berulang pada sediaan ampisilin sulbaktam setelah rekonstitusi, sehingga dalam penyimpanan terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kestabilannya antara lain jenis pelarut yang digunakan, suhu penyimpanan dan lama penyimpanan. Tujuan penelitian adalah menganalisis stabilitas kimia sediaan ampisilin sulbaktam pada penggunaan berulang dengan parameter pembeda pelarut dan suhu penyimpanan
Produk sampel ditimbang dan direkonstitusi menggunakan pelarut WFI dan NS, diencerkan ad 20 ppm dan dimasukkan kedalam vial steril. Kemudian disimpan dalam suhu kamar (25-30°C) dan suhu refrigerator (4-8°C). Penyimpanan dilakukan selama 24 jam yang terbagi dalam 4 time series yaitu jam ke-0, 1, 4 dan 24. Ditiap time series dilakukan uji mikrobiologi dan diinkubasi selama 18 jam diamati zona hambatnya dan diukur diameternya menggunakan jangka sorong.
Hasil penelitian adalah pada jam ke-0 menunjukkan adanya perbedaan aktifitas pada pelarut yang berbeda. Terlihat bahwa sampel yang dilarutkan dengan pelarut NS memiliki zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan yang dilarutkan menggunakan WFI. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan terjadi primary salt effect yaitu dengan adanya penambahan elektrolit (garam) atau variasi dari ionic strength dapat mempengaruhi koefisien aktifitasnya sehingga mempengaruhi laju reaksinya. Dari analisis statistika pada jam ke-1 dan ke -4, suhu penyimpanan yang memberikan pengaruh bermakna, penyimpanan dalam refrigerator menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penyimpanan dalam suhu kamar. Pada jam ke-24 suhu dan pelarut sudah tidak memberikan pengaruh yang bermakna pada kestabilan sampel ampisilin sulbaktam. Sehingga didapat kesimpulan pelarut NS memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pelarut WFI. Sampel lebih stabil jika disimpan dalam refrigerator. Setelah 4 jam berdasarkan penelitian diatas sampel tidak lagi memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi V.
Referensi
Arret, B., Johnson, D.P., and Kirshbaum, A. Outline of details for microbiological assays of antibiotics: second revision. Journal of pharmaceutical sciences. 1971, 60(11): 1689-1694.
Avi. 2018. Stabilitas mikrobiologi ampisilin sulbaktam setelah direkonstitusi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Bajaj, S., Singla, D., and Sakhuja, N. Pengujian stabilitas produk farmasi. Jurnal Ilmu farmasi Terapan. 2012, 2(3): 129-138.
Bakshi, A.K. Physical Chemistry-II (Statistical, Thermodynamics, Chemical Dynamics. Electrochemistry and Macromolecules, New Delhi: SGTB Khalsa Collage, University of New Delhi. 2018.
Bing, C.D and Nowobilski-Vasilios, A. Extended stability or parenteral drugs six edition. Maryland: American Society of Health System Pharmacist. 2017.
Cahyono, T. 2018. Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish.
Carstensen, J.T and Rhodes, C.T. Drug stability principles and practice. Marcel Dekker.Inc, New York, USA. 2000.
Cobaugh, D., Lisa, M and Elizabeth, P. ASHP injectable drug information. ASHP. Bethesda:USA. 2021.
Fitriani, V.Y. Studi penggunaan antibiotika pada neonatus di NICU Dr Ramelan Surabaya. J. Trop. Pharm. Chem. 2011, 1(2): 158-164.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman pelayanan kefarmasian untuk terapi antibiotik. Jakarta: Kemenkes RI.
McAuley, David. 2017. Unasyn - Ampicillin Sulbactam. https://globalrph.com/dilution/unasyn-ampicillin-sulbactam/ diakses tanggal 16 Agustus 2018.
McEvoy, K.G. AHFS Drug Essentials-Ampicillin Sulbactame. Bethesda, Maryland: American Society of Health-System Pharmacists. 2011.
Siswandono, E. Kimia Medisinal 1 Edisi 2. Airlangga University Press. 2016. Halaman 133.
USP. The United States Pharmacopeia 39th Edition, Rockville: United States Pharmacopeial Convention. 2016, Inc Page 2214-2215.
Utami, E. R. Antibiotika, Resistensi dan Rasional Terapi. El-Hayah. 2011, 1(4): 191-198.
Yoshioka, S., and Stella, V.J. 2000. Stability of drugs and dosage forms. Springer Science and Business Media.