Lakon Carangan Nurkala Kalidasa Karya R.H Tjetjep Supriadi

  • Asep Wadi ISBI BANDUNG
  • Arthur S Nalan ISBI BANDUNG
  • Suhendi Afryanto ISBI BANDUNG

Abstract

Lakon adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang golek ataupun pertunjukan
lainnya. Hal tersebut di peruntukan untuk mempertegas cerita dalam sebuah pertunjukan.
Dalam wayang golek seorang dalang harus menguasai lakon dan juga mempunyai sebuah
andalan lakon yang sangat di kuasai dalang tersebut, mulai dari segi dialog, monolog,
dramatisasi, ataupun penguasaan karakter dalam lakon tersebut. Karena seorang dalang terkenal
harus mempunyai sebuah ikon agar lebih di ketahui secara identik oleh para penggemarnya.
Lakon dalam cerita wayang golek bisa disebut sebuah lakon andalan seorang dalang ketika
melewati sebuah proses apresiasi secara terus menerus tanpa adanya rasa bosan dalam
menonton nya ataupun mendengarkannya. Penelitian ini membahas tentang lakon carangan
karya R.H Tjetjep Supriadi yang berjudul Nurkala Kalidasa karena dirasa sangat fenomenal dan
monumental karena selain mempunyai nilai-nilai yang begitu mendalam dalam sajiannya lakon
ini pun sangat digemari oleh para fans group wayang golek Panca Komara dari Karawang.
Dengan adanya argumen diatas penelitian ini pun menggunakan teori Narratologi dari Mieke
Ball, karena teori ini dirasa cocok untuk mengupas sebuah argumen-argumen dan nilai-nilai
yang terkandung dalam lakon tersebut. Dengan begitu teori ini pun mampu menghasilkan
sebuah temuan-temuan argumen yang mempunyai nilai-nilai religi, budaya, pendidikan, sosial
maupun sastra lisan yang di adopsi dari bahasa kawi, Jawa, maupun Sansakerta.

Kata Kunci : Lakon Carangan, Nurkala Kalidasa, Narratology.

The play is the most important part in a puppet show or other performances. It is intended to
emphasize the story in a show. In wayang golek, a puppeteer must master the play and also
have a mainstay play that is highly controlled by the puppeteer, starting in terms of dialogue,
monologue, dramatization, or mastery of the characters in the play. Because a famous puppeteer
must have an icon to be known identically by his fans. The play in the wayang golek story can
be called a masterful play of a dalang when it goes through a continuous appreciation process
without feeling bored in watching or listening to it. This study discusses the carangan play by
R.H Tjetjep Supriadi entitled Nurkala Kalidasa because it is considered phenomenal and
monumental because apart from having deep values in its presentation, this play is also very
popular with fans of the Panca Komara wayang golek group from Karawang. With the
arguments above, this study also uses the theory of Narratology from Mieke Ball, because this
theory is considered suitable to explore an argument and the values contained in the play. In this
way, this theory is able to produce argument findings that have religious, cultural, educational,
social and oral literary values adopted from the Kawi, Javanese, and Sanskrit languages.

Keywords: Carangan play, Nurkala Kalidasa, Narratology

Published
2022-11-03
Section
Articles