https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/issue/feed Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang 2024-04-29T17:11:58+07:00 Open Journal Systems https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/858 KEPUASAN PERNIKAHAN DEWASA AWAL DITINJAU DARI KEKUATAN KOMITMEN PERNIKAHAN 2023-09-02T13:28:03+07:00 Wanda Hamidah hamidahwanda93@gmail.com Sulis Mariyanti hamidahwanda93@gmail.com Veronica Kristiyanti hamidahwanda93@gmail.com <p>Dalam setiap pernikahan, semua pasangan berharap dapat menjalani <br>pernikahannya dengan langgeng, bahagia, saling mengasihi dan memuaskan. Namun <br>demikian, seiring perjalanan waktu pernikahan, ada beberapa pasangan yang merasakan <br>pernikahannya hambar, tidak memuaskan, bahkan tidak mampu menyelesaikan konflik <br>antar pasangan hingga berakhir dengan peceraian Salah satu faktor yang dapat <br>mempengaruhi kepuasan pernikahan adalah kekuatan komitmen pernikahan. Tujuan dari <br>penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komitmen pernikahan terhadap kepuasan <br>pernikahan pada dewasa awal. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan <br>kausalitas, menggunakan non-probability sampling dengann jenis purposive sampling <br>yang melibatkan 100 responden dewasa awal. Alat ukur menggunakan skala komitmen <br>pernikahan berjumlah 24 aitem valid dengan reliabilitas (a)=0,925 dan kepuasan <br>pernikahan berjumlah 28 aitem valid dengan reliabilitas (a)= 0,995. Berdasarkan hasil uji <br>regresi linear sederhana diketahui bahwa terdapat pengaruh komitmen pernikahan terhadap <br>kepuasan pernikahan pada individu dewasa awal dengan nilai sig. (p) = 0,000; (p) ˂0,05 <br>artinya, hipotesis diterima. Komitmen pernikahan berkontribusi sebesar 41,5% terhadap <br>kepuasan pernikahan, sedangkan sisanya 58,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam <br>penelitian ini, ditemukan bahwa lebih banyak responden yang merasa puas terhadap <br>pernikahannya (56%) dan juga lebih banyak yang memiliki komitmen tinggi (51%).</p> <p>In every marriage, all couples hope to have a lasting, happy, loving and <br>satisfying marriage. However, over the course of the marriage, there are some couples <br>who feel their marriage is bland, unsatisfactory, and even unable to resolve the conflict <br>between the partners, which ends in divorce. One of the factors that can affect marital <br>satisfaction is the strength of the marriage commitment. The purpose of this study was to <br>determine the effect of marital commitment on marital satisfaction in early adulthood. <br>This research method is quantitative with a causality approach, using non-probability <br>sampling with purposive sampling involving 100 early adult respondents. The measuring <br>instrument used a marriage commitment scale with 24 valid items with reliability (a) = <br>0.925 and marital satisfaction totaling 28 valid items with reliability (a) = 0.995. Based <br>on the results of the simple linear regression test, it is known that there is an effect of <br>marital commitment on marital satisfaction in early adulthood individuals with a sig. (p) <br>= 0.000; (p) ˂0.05 means, the hypothesis is accepted. Marital commitment contributed <br>41.5% to marital satisfaction, while the remaining 58.5% was influenced by other factors. <br>In this study, it was found that more respondents were satisfied with their marriage (56%) <br>and also more had high commitment (51%).</p> 2023-08-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/859 PENGARUH SELF-EFFICACY TERHADAP RESILIENSI MAHASISWA LULUSAN TAHUN AKADEMIK 2021/2022 DI KABUPATEN KARAWANG 2024-04-24T17:03:23+07:00 Tantia Yuliandina ps18.tantiayuliandina@mhs.ubpkarawang.ac.id Dinda Aisha dinda.aisha@ubpkarawang.ac.id Cempaka Putrie Dimala cempaka.putrie@ubpkarawang.ac.id <p>Mahasiswa yang baru lulus dihadapkan pada suatu tantangan baru, di mana individu <br>perlu bersaing satu sama lain untuk mendapatkan pekerjaan. Dalam usaha mencari pekerjaan, <br>mahasiswa lulusan baru dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan yang memberikan <br>dampak kurang baik bagi individu, sehingga diperlukan penyesuaian diri bagi individu untuk <br>mampu mengatasi dampak-dampak tersebut, hal ini dikenal dengan istilah resiliensi. Tujuan <br>penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap resiliensi pada <br>mahasiswa lulusan tahun akademik 2021/2022 di Kabupaten Karawang. Penelitian ini <br>menggunakan metode kuantitatif dengan skala psikologi melalui alat ukur The ConnorDavidson Resilience Scale (CD-RISC) oleh Yu &amp; Zhang (2007) dan The General Self-Efficacy <br>Scale (GSES-12) oleh Bosscher &amp; Smit (1998) dengan melibatkan 112 responden. Hasil analisis <br>menunjukkan nilai signifikansi 0.000 &lt; 0.05, maka Ha diterima dan H0 ditolak, sehingga <br>diketahui terdapat penngaruh self-efficacy terhadap resiliensi pada mahasiswa lulusan tahun <br>akademik 2021/2022 di Kabupaten Karawang. Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi, <br>diketahui bahwa pengaruh self-efficacy terhadap resiliensi mahasiswa lulusan tahun akademik <br>2021/2022 di Kabupaten Karawang adalah sebanyak 15.8% dan 84.2% dipengaruhi oleh faktor <br>lain yang tidak termasuk variabel dalam penelitian ini.</p> <p>Newly graduated students are faced with a new challenge, where individuals need to <br>compete with each other for jobs. In an effort to find a job, fresh graduate students are faced <br>with various challenges and difficulties that have an adverse impact on individuals, so that <br>individual adjustments are needed to be able to overcome these impacts, this is known as <br>resilience. The purpose of this study was to determine the effect of self-efficacy on resilience in <br>graduate students in the 2021/2022 academic year in Karawang Regency. This study uses a <br>quantitative method with a psychological scale using The Connor-Davidson Resilience Scale <br>(CD-RISC) by Yu &amp; Zhang (2007) and The General Self-Efficacy Scale (GSES-12) by <br>Bosscher &amp; Smit (1998) involving 112 respondents.The results of the analysis show a <br>significance value of 0.000 &lt; 0.05, then Ha is accepted and H0 is rejected, so it is known that <br>there is an influence of self-efficacy on resilience in students graduating from the 2021/2022 <br>academic year in Karawang Regency. Based on the results of the coefficient of determination <br>test, it is known that the effect of self-efficacy on the resilience of students graduating from the <br>academic year 2021/2022 in Karawang Regency is 15.8% and 84.2% is influenced by other <br>factors that are not included in the variables in this study.</p> 2023-08-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/860 PERAN RESILIENSI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN BIMA, NUSA TENGGARA BARAT YANG PERNAH MENGALAMI KEKERASAN SEKSUAL 2024-04-25T17:04:17+07:00 Anindya Dewi Paramita paramita@univpancasila.ac.id Andi Tenri Faradiba paramita@univpancasila.ac.id Fitrah Rahman paramita@univpancasila.ac.id <p>Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang tercatat sebagai wilayah <br>dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi dan kasus tindakan kekerasan seksual yang masih <br>sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan resiliensi terhadap subjective wellbeing pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pernah mengalami tindakan kekerasan <br>seksual. 270 siswa SMA di Kabupaten Bima kelas X, XI, dan XII terlibat dalam penelitian ini dan <br>diberikan instrument yang berisi Brief Resilience Scale dari Smith, dkk (2008) serta Mental <br>Health Continuum Short-Form dari Keyes (2002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa <br>resiliensi tidak memiliki peranan yang signifikan terhadap subjective well-being pada siswa SMA <br>di Kabupaten Bima yang pernah mengalami tindakan kekerasan seksual (p&gt;0,05; 0,016).</p> <p>West Nusa Tenggara is recorded as one of the province with a fairly high poverty rate <br>and extremely high cases of sexual violence. This study aimed to examine the role of resilience <br>on subjective well-being in high school students (SMA) who have experienced acts of sexual <br>violence. 270 of 10th, 11th, and 12th graders from senior high school in Bima District were involved <br>in this study and were given an instrument containing the Brief Resilience Scale from Smith, et.al <br>(2008) and the Mental Health Continuum Short-Form from Keyes (2002). The results of this study <br>indicated that resilience did not have a significant role in subjective well-being in high school <br>students in Bima Regency who have experienced acts of sexual violence (p&gt;0,05; 0,016).</p> 2023-08-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/861 GAMBARAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMAN 1 RAWAMERTA 2023-09-02T13:27:12+07:00 Nurotul Jannah ps18.nurotuljannah@mhs.ubpkarawang.ac.id Nur Ainy Sadijah nur.ainy@ubpkarawang.ac.id Randwitya Ayu Ganis Hemasti randwitya.ganis@ubpkarawang.ac.id Yulyanti Minarsih yulyanti.minarsih@ubpkarawang.ac.id <p>Fenomena stigma buruk terhadap mata pelajaran matematika tidak jarang ditemui <br>pada siswa baik di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Hal itu dapat <br>mempengaruhi minat belajar matematika siswa. Minat belajar siswa pada mata pelajaran <br>matematika adalah kecenderungan untuk mau mempelajari ilmu matematika dengan <br>diiringi perasaan antusias, tertantang, senang dan tanpa ada paksaan dari siapapun. Minat <br>belajar siswa memiliki empat aspek diantaranya perasaan senang, perhatian, perasaan <br>tertarik, serta melibatkan diri dalam kegiatan belajar. Metode yang digunakan dalam <br>penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Sampel yang digunakan adalah 152 <br>siswa kelas XI dan XII SMAN 1 Rawamerta yang ditentukan dengan menggunakan teknik <br>non probability sampling yaitu teknik sample kuota dengan taraf kesalahan 5%. <br>Pengambilan skala menggunakan skala minat belajar siswa. Analisis penelitian ini <br>menggunakan uji normalitas dan uji kategorisasi dengan bantuan SPSS for windows versi <br>25.0. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kategoriasi skala minat <br>belajar siswa agar dapat menentukan jenjang kategori tinggi atau rendah. Hasil uji <br>normalitas menunjukan taraf signifikansinya sebesar 0,43 &gt; 0,05. Maka dapat disimpulkan <br>bahwa variabel minat belajar siswa berdistribusi normal. Hasil kategorisasi menunjukan <br>147 orang siswa tergolong pada kategorisasi tinggi atau dengan persentase sebesar 96,7% <br>dan 5 orang siswa tergolong pada kategorisasi rendah atau dengan persentase sebesar 3,3%. <br>Maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada matematika di SMAN 1 <br>Rawamerta untuk siswa kelas XI dan XII berada pada kategori tinggi.</p> <p>The phenomenon of bad stigma against mathematics is not uncommon for <br>students in elementary school to high school. It can affect students' interest in learning <br>mathematics. Students' learning interest in mathematics is a tendency to want to learn <br>mathematics accompanied by feelings of enthusiasm, challenge, pleasure and without any <br>coercion from anyone. Students' interest in learning has four aspects including feelings of <br>pleasure, attention, feelings of interest, and involving themselves in learning activities. The <br>method used in this research is descriptive quantitative method. The samples used were <br>152 students of class XI and XII of SMAN 1 Rawamerta which were determined using a <br>non-probability sampling technique, namely the quota sample technique with an error rate <br>of 5%. Taking the scale using the student learning interest scale. The analysis of this <br>research uses normality test and categorization test with the help of SPSS for windows <br>version 25.0. The purpose of this study was to determine the categorization of the student's <br>interest in learning scale in order to determine the level of the high or low category. The <br>results of the normality test showed a significance level of 0.43 &gt; 0.05. So it can be <br>concluded that the variable of student interest in learning is normally distributed. The <br>results of the categorization showed that 147 students belonged to the high categorization <br>or with a percentage of 96.7% and 5 students belonged to the low categorization or with a</p> <p>percentage of 3.3%. So it can be concluded that students' interest in mathematics at SMAN <br>1 Rawamerta for grade XI and XII students is in the high category.</p> 2023-08-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/862 GAMBARAN KEPUASAN HIDUP (LIFE SATISFACTION) PADA DEWASA AWAL YANG GEMAR MERAPIKAN RUANGAN ATAU BARANG 2023-09-02T13:26:54+07:00 A.Eka Septilla aekaseptilla20@gmail.com Rizky Qastrunada F aekaseptilla20@gmail.com Fanny Nur Afifah aekaseptilla20@gmail.com Syifa Fadillah aekaseptilla20@gmail.com <p>Kerapian merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk menjaga keteraturan, baik <br>ruangan maupun barang-barang. Beberapa waktu terakhir muncul teknik untuk merapikan <br>ruangan maupun barang-barang, yaitu dengan cara menyingkirkan barang yang sudah tidak <br>digunakan atau disebut decluttering. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran <br>kepuasan hidup pada dewasa awal yang gemar merapikan ruangan ataupun barang-barang. <br>Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode <br>deskriptif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan <br>cara online survey untuk mengumpulkan data. Alat ukur yang digunakan adalah Satisfaction With <br>Life Scale (SWLS) oleh Diener dkk. (1985). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 113 dengan <br>kriteria berusia 18-39 tahun yang menyukai kegiatan merapikan ruangan ataupun barang-barang. <br>Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis uji beda, yaitu independent sample t-test dan <br>oneway anova dengan software SPSS 24. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 65 <br>partisipan (57%) yang menyukai kerapian cenderung merasa puas akan hidupnya. Dalam analisis <br>tambahan yang dilakukan, menunjukkan bahwa intensitas individu dalam merapikan, status <br>pekerjaan, serta pemasukkan dan pengeluaran per bulan yang dimiliki merupakan faktor dalam <br>kepuasan hidup seseorang.</p> <p>Tidiness is an activity carried out to maintain the orderliness of both the room and the <br>items. Recently, there have been techniques for tidying up rooms and things, namely by calling <br>things that are no longer used or decluttering. The purpose of this study was to see life satisfaction <br>in early adults who like to tidy up rooms or things. The approach used in this research is a <br>quantitative approach with a descriptive method. The sampling technique used is non-probability <br>sampling using an online survey to collect data. The measuring instrument used is the Satisfaction <br>with Life Scale (SWLS) by Diener, et al. (1985). Participants in this study revealed 113 criteria <br>aged 18-39 years who like to tidy up rooms or things. The data analysis technique used is <br>independent sample t-test and one way ANOVA with SPSS 24 software. The results of this study <br>indicate that as many as 65 (57%) participants who like to tidying up tend to feel satisfied with <br>their lives. In an additional analysis conducted, it shows that the intensity of the individual in <br>tidying, job status, income and expenses per month owned are factors in one's life satisfaction</p> 2023-08-28T18:28:04+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/863 PENGARUH SELF REGULATED LEARNING DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA DI SEKOLAH X 2024-04-25T17:03:49+07:00 Leo Delviano ps18.leodelviano@mhs.ubpkarawang.ac.id Randwitya Ayu Ganis Hemasti randwitya.ganis@ubpkarawang.ac.id Puspa Rahayu Utami Rahman puspa.rahman@ubpkarawang.ac.id <p>Persoalan klasik yang hingga kini masih dan juga sering terjadi dalam dunia pendidikan <br>termasuk pada strata pendidikan menengah adalah sering terjadinya prokrastinasi akademik. <br>Prokrastinasi adalah fenomena kebiasaan penundaan yang dilakukan tidak bertujuan dan proses <br>penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Rendahnya self-regulated learning <br>pada siswa merupakan salah satu faktor terjadi siswa berperilaku prokrastinasi. Tidak hanya selfregulated learning ternyata prokrastinasi dapat terjadi karena adanya konformitas temen sebaya <br>yang negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self-regulated learning <br>dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik pada siswa SMA di sekolah X. <br>Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian kausalitas. Metode <br>pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik quota <br>sampling dan menggunakan taraf kesalahan 5% dari rumus isac dan michael sehingga di 210 <br>populasi siswa menjadi 136 siswa. Hasil penelitian menunjukan nilai signifikansi dari variabel <br>self-regulated learning sebesar 0,000 &gt; 0,05, maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya ada <br>pengaruh self-regulated learning dan konformitas teman sebaya terhadap prokrastinasi akademik <br>pada siswa SMA di sekolah X. Besaran pengaruh self-regulated learning dan konformitas teman <br>sebaya terhadap prokrastinasi akademik pada siswa SMA di sekolah X sebesar 65,6%.</p> <p>The classic problem that is still and often occurs in the world of education, including <br>the secondary education strata is the frequent occurrence of academic procrastination. <br>Procrastination is a habitual phenomenon of procrastination that is carried out without purpose <br>and the process of avoiding tasks that don't really need to be done. Low self-regulated learning in <br>students is one of the factors in which students behave in procrastination. Not only self-regulated <br>learning, it turns out that procrastination can occur because of negative peer conformity. The <br>purpose of this study was to determine the effect of self-regulated learning and peer conformity <br>on academic procrastination in high school students in school X. This study used a quantitative <br>approach with a causal research design. The sampling method used is non-probability sampling <br>with quota sampling technique and uses an error rate of 5% from the isac and michael formulas <br>so that the 210 student’s population becomes 136 students. The results showed that the <br>significance value of the self-regulated learning variable was 0.000 &gt; 0.05, then Ha was accepted <br>and H0 was rejected, meaning that there was an effect of self-regulated learning and peer <br>conformity on academic procrastination in high school students in school X. The magnitude of <br>the effect of self-regulated learning and peer conformity to academic procrastination in high <br>school students at school X is 65.6%.</p> 2023-08-28T18:32:06+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/864 PELATIHAN SELF-EFFICACY TERHADAP KESIAPAN BERWIRAUSAHA PADA PEMUDA KARANG TARUNA DESA NANGATOBONG 2024-04-29T17:11:58+07:00 Debi Angelina Br Barus debibarusok@gmail.com Imanuel Natalis Yulnanda debibarusok@gmail.com Maria Riciana Dua Goit debibarusok@gmail.com Yohana Kedlin Gaib debibarusok@gmail.com Maria Kami debibarusok@gmail.com Maria Antoniata Clarita Putri Siga debibarusok@gmail.com Theresia Yulyani debibarusok@gmail.com <p>Kesiapan berwirausaha adalah kemauan, keinginan dan kemampuan generasi muda <br>untuk berwirausaha, dalam hal ini tergantung pada tingkat kematangan, pengalaman masa lalu, <br>keadaan mental dan emosi seseorang, yang semuanya itu diperlukan ketika ingin memulai <br>berwirausaha. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berwirausaha adalah faktor yang <br>berasal dari dalam diri individu yaitu efikasi diri. Oleh karena itu, pelatihan efikasi diri sangat <br>diperlukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui sejauh mana <br>pelatihan self-eficacy dapat mempengaruhi kesiapan berwirausaha pemuda Karang Taruna di <br>desa Nangatobong. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja Karang Taruna dengan teknik <br>simple random sampling. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuantitatif, <br>dengan desain eksperimen satu kelompok yaitu pre-test dan post-test. Dalam penelitian ini skala <br>efikasi diri menjadi alat ukur yang digunakan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian adalah <br>pelatihan self eficacy dapat meningkatkan kesiapan berwirausaha pada pemuda Karang Taruna <br>di desa Nangatobong dengan tingkat signifikan (p) 0,03 &lt; 0,05.</p> <p>Entrepreneurial readiness is the willingness, desire and ability of young people to do <br>entrepreneurship, in this case depending on the level of maturity, past experience, mental and <br>emotional state of a person, all of which are needed when wanting to start entrepreneurship. The <br>factors that influence entrepreneurial readiness are factors that come from within the individual, <br>namely self-efficacy. Therefore, self-efficacy training is needed. The purpose of this research is <br>to understand and find out how far self-efficacy training can influence the entrepreneurial <br>readiness of Karang Taruna youth in Nangatobong village. The population in this study were <br>Karang Taruna youths with a simple random sampling technique. This study used a quantitative <br>experimental research method, with a one-group experimental design, namely pre-test and posttest. In this study, the self-efficacy scale is the measuring tool used. The results found in the <br>study were that self-efficacy training can increase entrepreneurial readiness in Karang Taruna <br>youth in Nangatobong village with a significant level (p) 0.03 &lt;0.05.</p> 2023-08-28T18:36:54+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/865 GAMBARAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI YANG BEKERJA 2023-08-29T13:18:38+07:00 Ridho Nurardiansyah ps17.ridhonurardiansyah@mhs.ubpkarawang.ac.id Arif Rahman Hakim arif.hakim@ubpkarawang.ac.id Marhisar Simatupang marhisar@ubpkarawang.ac.id <p>Untuk menempuh pendidikan tinggi tidaklah mudah. Hal tersebut membuat <br>mahasiswa harus mencari cara untuk mencukupi semua kebutuhannya. Beberapa mahasiswa <br>memutuskan untuk kuliah sambil berkerja agar kebutuhannya dapat tercukupi. Dampak negatif <br>yang didapat ketika menjadi mahasiswa yang juga bekerja ialah memunculkan masalah seperti <br>melalaikan tugas-tugasnya sebagai mahasiswa, dan dapat menyebabkan permasalahan pada <br>psychological well-being. Psychological well-being adalah persepsi individu tentang rasa <br>sejahtera baik secara fisik maupun mental, dan dapat mengaktualisasikan diri dengan baik. <br>Psychological well-being memiliki enam dimensi, yakni, self-acceptance, relations with others, <br>personal growth, purpose in life, environmental mastery, dan autonomy. Tujuan dilakukannya <br>penelitian ini adalah untuk mengetahui kategoriasi jenjang ordinal terhadap skala psychological <br>well-being agar dapat menentukan jenjang kategori tinggi atau rendah. Populasi dari penelitian <br>ini adalah mahasiswa program studi psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang yang <br>sedang bekerja. Jumlah sample pada penelitian ini berdasarkan Rumus Isaac dan Michael <br>berjumlah 205 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, <br>teknik sampling nonprobability jenis purposive sampling dengan karakteristik yang ditentukan. <br>Hasil uji normalitas menunjukan taraf signifikansinya berada di rentang rasio -1,96 dan +1,96 <br>maka dapat dikatakan skala psychological well-being terdistribusi normal. Hasil kategorisasi <br>menunjukan 185 responden tergolong tinggi dan 20 responden tergolong rendah.</p> <p>To pursue higher education is not easy. This makes students have to find ways to <br>meet all their needs. Some students decide to study while working so that their needs can be <br>fulfilled. The negative impact of being a student who also works is that it creates problems such <br>as neglecting his duties as a student, and can cause problems in psychological well-being. <br>Psychological well-being is an individual's perception of a sense of well-being both physically <br>and mentally, and can self-actualize well. Psychological well-being has six dimensions, namely, <br>self-acceptance, relations with others, personal growth, purpose in life, environmental mastery, <br>and autonomy. The purpose of this study was to determine the categorization of the ordinal <br>level on the psychological well-being scale in order to determine the level of the high or low <br>category. The population of this study were students of the psychology study program at the <br>University of Buana Perjuangan Karawang who were working. The number of samples in this <br>study based on Isaac and Michael's formula amounted to 205 respondents. The research method <br>used is descriptive quantitative, non-probability sampling technique purposive sampling type <br>with specified characteristics. The results of the normality test show that the significance level is <br>in the ratio range of -1.96 and +1.96, so it can be said that the psychological well-being scale is <br>normally distributed. The results of the categorization show that 185 respondents are classified <br>as high and 20 respondents are classified as low.</p> 2023-08-28T18:42:44+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/866 HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI NEGERI I WARUNGASEM 2023-08-29T13:18:16+07:00 A.Rofi arofi@gmail.com Fitri Awan Arif Firmansyah fitriawanariffirmansyah651@gmail.com Devi Marganing Tyas devi.marganingtyas@ubpkarawang.ac.id Amy Novalia Esmiati amynovalia18@gmail.com <p>Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dan pola <br>asuh demokratis dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 1 Warungasem. <br>Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan <br>antar variabel. Identifikasi variabel yang terdapat dalam suatu penelitian berfungsi untuk <br>menentukan alat pengumpul data dan teknik analisis data Adapun yang menjadi populasi dalam <br>penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK Negeri 1 Warungasem Batang yang berjumlah 360 <br>orang siswa berasal dari 5 program studi yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis regresi linear <br>sederhana dan berganda dapat disimpulkan bahwa: Ada hubungan positif signifikan antara <br>kemandirian dan pola asuh demokratis dengan kematangan karir siswa siswa siswa kelas XII <br>SMK Negeri 1 Warungasem dengan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,859. Hal ini <br>menunjukkan bahwa kematangan karir banyak dipengaruhi oleh kemandirian dan pola asuh <br>demokratis.</p> <p>This study aims to determine the relationship between independence and democratic <br>parenting with career maturity in class XII students at SMK Negeri 1 Warungasem. This <br>research is a type of quantitative research that aims to find relationships between variables. <br>Identification of variables contained in a study serves to determine data collection tools and data <br>analysis techniques. The population in this study is class XII students of SMK Negeri 1 <br>Warungasem Batang, totaling 360 students from 5 different study programs. Based on the <br>results of simple and multiple linear regression analysis it can be concluded that: There is a <br>significant positive relationship between independence and democratic parenting with the career <br>maturity of class XII students at SMK Negeri 1 Warungasem with a correlation coefficient (rxy) <br>of 0.859. This shows that career maturity is heavily influenced by independence and democratic <br>parenting.</p> 2023-08-28T21:49:35+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang https://journal.ubpkarawang.ac.id/mahasiswa/index.php/Empowerment/article/view/868 CYBERBULLYING PADA REMAJA PENGGUNA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM: APAKAH BERHUBUNGAN DENGAN EMPATI? 2023-08-29T13:17:52+07:00 Felicia felicia.jusman@gmail.com Novendawati Wahyu Sitasari felicia.jusman@gmail.com Safitri felicia.jusman@gmail.com <p>Instagram merupakan media sosial dengan pengguna terbanyak di Indonesia. Penggunaan Instagram memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah menambah informasi dan pertemanan, sedangkan salah satu dampak negative yaitu cyberbullying. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan empati dengan cyberbullying pada remaja pengguna Instagram. Metode penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jenis korelasional. Responden yang terlibat adalah 100 remaja usia 18-22 tahun pengguna Instagram. Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu non-probability sampling dengan jenis purposive sampling. Skala empati berdasarkan teori Davis, berjumlah 21 item valid dengan reliabilitas 0,86, dan skala cyberbullying berdasarkan teori Willard, berjumlah 22 item valid dengan reliabilitas 0,87. Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product moment menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif lemah yang signifikan sig (p 0,028 dan r 0,220). Empati menyumbangkan 4,84% terhadap cyberbullying dan sisanya 95,16% oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Remaja pengguna Instagram lebih banyak melakukan cyberbullying sebanyak 63% dan empati tinggi 71%. Remaja laki-laki lebih banyak melakukan cyberbullying (68%). Responden yang menggunakan Instagram selama &lt;1 jam sampai &gt;3jam, cenderung melakukan cyberbullying. Responden yang memiliki dan tidak memiliki pengalaman dibully cenderung melakukan cyberbullying.</p> <p>Instagram is a social media with the most users in Indonesia. The use of Instagram has both positive and negative impacts. The positive impact is adding information and friendship, while one of the negative impacts is cyberbullying. Objective to determine the relationship between empathy and cyberbullying among young Instagram users. Methods this research is quantitative with a correlational type. The respondents involved were 100 teenagers aged 18-22 years who were Instagram users. The sampling technique in this study was non-probability sampling with purposive sampling. The empathy scale is based on Davis' theory, totaling 21 valid items with a reliability of 0.86, and the cyberbullying scale based on Willard's theory, totaling 22 valid items with a reliability of 0.87. Pearson Product moment correlation test shows that there is a weak positive correlation that is sig significant (p 0.028 and r 0.220). Empathy contributed 4.84% to cyberbullying and the remaining 95.16% was contributed by other factors not examined in this study. Adolescent Instagram users do more cyberbullying as much as 63% and 71% high empathy. More male adolescents do cyber bullying (68%). Respondents who use Instagram for &lt;1 hour to &gt;3 hours tend to do cyberbullying. Respondents who have and do not have experience of being bullied tend to do cyberbullying.</p> 2023-08-28T21:53:35+07:00 Copyright (c) 2023 Empowerment Jurnal Mahasiswa Psikologi Universitas Buana Perjuangan Karawang