PERKEMBANGAN PERSEPTUAL DAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA DISLEKSIA
Abstract
Sistem pendidikan yang baik tidak diskriminatif kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) termasuk anak dengan problema belajar membaca atau sering disebut disleksia. Faktanya 3-10% jumlah penduduk Indonesia adalah penyandang disleksia dengan kompetensi membaca urutan terendah di posisi 64 dari 74 negara pada PISA 2018. Anak disleksia gagal berprestasi salah satunya diakibatkan gangguan fungsi perseptual dalam melakukan pemrosesan informasi sensoris. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan perkembangan perseptual dan kemampuan membaca siswa disleksia dan perbandingan karakteristiknya. Penelitian dengan metode kuantitatif korelasional-komparatif. Teknik purposive sampling dengan jumlah subjek 25 siswa disleksia yang merupakan siswa pendamping Program Organisasi Penggerak Kota Bekasi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, asesmen informal dan dokumentasi. Peneliti menggunakan observasi kemampuan membaca informal dan tes persepsi sebagai instrumen, dengan uji reliabilitas r-alpha 0,919 untuk instrumen tes persepsi dan rata-rata kappa 0,551 untuk instrumen observasi kemampuan membaca siswa disleksia yang menunjukkan kesepakatan penilai sedang. Uji koefisien korelasi Pearson menunjukkan hubungan terbalik antara perkembangan persepsi dan kemampuan membaca pada siswa disleksia, dengan koefisien -0,783. Hasil uji komparasi tidak menunjukkan perbedaan signifikan kesulitan membaca pada kelompok karakteristik siswa. Hasil uji regresi linear sederhana B=36,329, p=0.001 (p<0,05) berarti perkembangan perseptual memiliki pengaruh terhadap kemampuan membaca siswa disleksia dengan menyumbang konstribusi sebesar 61,2%, sementara 38,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
A fair education system should not discriminate against children with special needs, including those who struggle with reading commonly known as dyslexia. The fact 3-10% of Indonesia's population is dyslexic, with the lowest ranking reading competency at position 64 out of 74 countries according to PISA 2018. Dyslexic students often struggle academically due to impaired perceptual function in processing sensory information. This study aims to explore the relationship between perceptual development and reading ability in dyslexic students and compare their characteristics. The research uses quantitative correlational-comparative methods and a purposive sampling technique to select 25 dyslexic students from the Program Organisasi Penggerak (POP) Kota Bekasi. Data collection methods include observation, interviews, tests, informal assessments, and documentation. Researchers use informal reading ability observation and perceptual tests as instruments, with a reliability test of r-alpha 0.919 for the perceptual test instrument and an average of kappa 0.551 for the observation instrument for the reading ability of dyslexic students that indicating moderate rater agreement. The Pearson correlation coefficient test shows an inverse relationship between perceptual development and reading ability in dyslexic students, with a coefficient of -0,783. The comparison test does not reveal significant differences in reading difficulties among groups of student characteristics. The simple linear regression test B=36.329, p=0.001 (p<0.05) shows that perceptual development contributes 61.2% to the reading ability of dyslexic students, while 38.8% is influenced by other variables not examined in this study.