EKSOTISME DALAM FILM HIDUP UNTUK MATI KARYA TINO SAROENGALLO SEBAGAI HASIL REPRESENTASI UPACARA RAMBU SOLO

Authors

  • Dzikri Maulana Amirullah ISBI BANDUNG
  • Arthur S. Nalan ISBI BANDUNG
  • Sukmawati Saleh ISBI BANDUNG

DOI:

https://doi.org/10.36805/bi.v7i1.3019

Abstract

Hidup untuk mati merupakan sebuah film dokumenter karya Tino Saroengallo yang
merupakan hasil representasi dari ritual atau ucapara Rambu Solo, dimana film tersebut
menceritakan sebuah kematian Renda Saroengallo yang menggunakan ritual atau upacara
Rambu Solo. Renda Saroengallo merupakan ayahandanya sendiri yang memang berkedudukan
tinggi di daerah Toraja Sulawesi Selatan, maka dari itu dilakukanlah sebuah ritual atau upacara
Rambu Solo dengan tingkatan tertinggi “rampasan sundun”, dan ritual ini berlangsung selama 7
hari. Dalam ritual atau upacara Rambu Solo banyak mengorbankan hewan-hewan ternak di
antaranya sapi dan babi yang bermaksud untuk dijadikan sebagai tunggangan bagi almarhum di
alam baka. Adapun teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini di antaranya adalah
teori poskolonial dan poskolonialisme, yang merupakan teori sosial yang mampu membedah
sebuah kondisi sosial setiap etnis dari waktu ke waktu. Ritual atau upacara Rambu Solo ini
sangat terkenal dan banyak diminati oleh beberapa peneliti kebudayaan karena prosesi dan
pelaksanaan yang membutuhkan waktu yang lumayan panjang dan juga dinamis.

Kata Kunci : Rambu Solo, Poskolonialis, Tino Saroengallo.

Life for death is a documentary film by Tino Saroengallo which is the result of a
representation of the Rambu Solo ritual or speech, where the film tells of the death of Renda
Saroengallo using the Rambu Solo ritual or ceremony. Renda Saroengallo is his own father
who is indeed a high position in the Toraja area of South Sulawesi, therefore a ritual or Rambu
Solo ceremony is carried out with the highest level of "spoil sundun", and this ritual lasts for 7
days. In the ritual or ceremony, Rambu Solo sacrifices many livestock, including cows and pigs,
which are intended to be used as mounts for the deceased in the afterlife. The theories used by
the author in this study include postcolonial theory and postcolonialism, which are social
theories that are able to dissect a social condition of each ethnic group from time to time. This
Rambu Solo ritual or ceremony is very well known and much in demand by some cultural
researchers because the procession and implementation takes a fairly long time and is also
dynamic.

Keywords: Rambu Solo, Postcolonialist, Tino Saroengallo.

Downloads

Published

2022-11-03

Issue

Section

Articles