SOSIALISASI PENGELOLAAN MODAL DAN KEUANGAN PADA UMKM DI DESA CILEUNCA KEC. BOJONG PURWAKARTA. STUDI KASUS: PERHITUNGAN BEP PADA UMKM KICIMPRING UMI
Abstract
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia, terutama dalam penciptaan lapangan kerja dan pemerataan ekonomi. Namun,
pengelolaan modal dan keuangan masih menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM, termasuk di Desa Cileunca, Kecamatan Bojong, Purwakarta. Salah satu UMKM di desa ini,
Kicimpring Umi, menghadapi kesulitan dalam menghitung Break Even Point (BEP) atau titik impas, yang merupakan alat penting untuk mengoptimalkan keuntungan dan mengurangi risiko
kerugian. Untuk membantu UMKM seperti Kicimpring Umi, dilakukan sosialisasi mengenai pengelolaan modal dan keuangan dengan fokus pada perhitungan BEP. Hasil dari sosialisasi ini
menunjukkan bahwa dengan perhitungan BEP yang tepat, UMKM dapat mengidentifikasi biaya tetap dan variabel serta menentukan jumlah produksi yang harus dicapai untuk mencapai titik
impas. Dalam kasus Kicimpring Umi, perhitungan menunjukkan bahwa titik impas tercapai pada penjualan 24 kg produk dengan nilai penjualan sebesar Rp 729.000. Sedangkan
penghasilan perhari yang di dapat oleh “Kicimpring Umi” yaitu Rp. 900.000 dan mampu memproduksi 30 kg singkong. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa UMKM
“Kicimpring Umi” telah melibihi titik impas dan mendapatkan keuntungan dari penjualan tersebut. Temuan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan
UMKM lainnya di Desa Cileunca dan mendukung pertumbuhan ekonomi setempat